Tuesday, March 31, 2020

Kataku, Katamu, Kata Kita

Tolong itu layangan diambil jngan d kejar..
Cukup aku yg mnghalalkanmu..

Hmmmm...

Sekelebat pikiran yg mmbuatku memulai sebuah bait kata, yang diejawantahkan menjdi sebuah makna yg berisikan frasa dan rasaku kepadamu, manis...

Duh...

Tidakkah kau tahu betapa kuharap bertmu denganmu. Tak hnya satu atau 2. Kuingn hdup bersamamu. Kubuka kmbali pintu itu. Kulihat sehelai hijab berkibar bak permadani. 

Harumnya mmbuatku terasa terbingkai oleh sebuah hal yg mmbuatku merasa aaaah... Sungguh indah saat bersamamu...

Oh kasih...

Hujan malam ini menemaniku..
Kubaca semua syairmu itu..
Membuatku terkagum pada makhluk Allah itu..
Dia yang menyimpan rasa teduh itu..
Berkorban banyak hal untuk mempertahankan apa yang ia anggap perlu..
Bisakah semesta mempertemukan masa itu? 
Masa di mana ia leluasa meraih cita dan cinta itu..
Kuharap ia tau..
Bahwa aku menanti fajar di titik rindu..

Kumemahami bagaimana semesta bertindak. Melakukan banyak hal guna mmberikan kesempatan pada makhluk bumi untuk menjadi makhluk seutuhnya. Walau sadari diri, makluk bumi terkadang tdk menyadari betala semesta mencintainya.

Duhai Semesta, terima kasih atas segala yang dberi dan diterima drimu. Tak terkira bagian terindah dri semesta menjadikanku makhluk teramat beruntung ktika melihat dan bertmu dgnnya.

Kusadar bahwasanya senja dan fajar hadir sebagai rona indah sebagai batas cakrawala antara malam dan pagi.


Malam ini kumerindu ombak. Semilir angin laut yang tenang seolah memberi pesan.
Lewat semesta rindu tersiarkan.
Seolah tanpa sekat pemisah antara semua benda langit dan bumi.

Kau tahu?
Kadang diri ini bergumam dalam imaji yang tak terstuktur rapi.
Apakah alam akan merestui pertemuan kita nanti?

Berpikirlah yang baik ujarmu.
Berusahalah selalu tegasmu.
Namun, manusia ini sedang dalam pusara keraguan yang memuncah. 
Kesakitan yang terlalu tampak nyata membuatnya termangu. Kaku. Tak bergerak.

Adapun suaramu lah yang menjadi pelita dalam gelapku. Pemandu hati dan pikiranku menjadi satu. Menciptakan ketenangan yang syahdu, selayaknya purnama merindu.


Deruh ombak menjadi teman malam
Tanpa sadari beberapa orang berusaha menanti sang angin yang menggerakkan layar kapal mereka.
Berlayar kelaut, kembali berharap banyak tangkapan.
Suara itu selalu menjadi teman malam.

Disadari ku tak pandai dalam merangkai kata. 
Namun, jika kau memberiku kesempatan tuk ku berkata. Ku akan berkata apa yang yang ada dalam isi hati.
Aaah.. mungkinkah ku halu maksimal?
Tidak juga, karena batas impian dan keyakinan sangatlah berbanding lurus dan amat sngat dekat.

Ku hnya berusaha, walau paham jalan yg diambil tak semudah kata dan ucap. Setidaknya ini jalanku untuk mengikhtiarkan segalanya. Pasca itu, biarkan semesta bergerak menurut kehendakNnya

Andai saja waktu bisa berputar kembali, mungkinkah ada kesempatan kedua untuk kita? 
Sayangnya, agama kita tak mengijinkan kita berandai-andai bukan?

Masa lalu biarlah berlalu ujarmu.
Tapi apakah aku boleh tetap menyimpanmu yang menjadi bagian hidupku di masa lalu itu? 
Betapa kuatnya aku percaya akan hidup bersamamu itu.
Bolehkah aku melakukan itu?

Berharap pada makhluk memang tak boleh berlebihan. Iya, aku tau. Itu sebabnya terkadang aku minta maaf padamu karena hatiku tak bisa menipu.

Hati mau apa yang ia mau. 
Jalan menuju padamu tak semudah dulu.
Tapi entah kenapa, jalan itu sering terbuka sejak dulu.
Hanya aku saja yang masih menjadi candu bagi ketakutanku sendiri.

Aku khawatir kamu meninggalkanku di bumi. 
Aku khawatir keterlaluan.
Aneh, tapi begitu adanya.

Lalu aku pun selalu bertanya pada diri. Seberapa pantaskah aku untuk kau tunggu?


Kau tahu...
Betapa..
Betapa..




Betapa kubingung kurangkai kata menjadi kalimat untuk sekedar membalas bait syair yang kau tulis panjang untukku. Namun, kufahami ada sebuah kata yg ingn kuucap yg menjadi gambaran diri kpdamu.





Terima kasih, bintang


Kadang, aku tertegun takjub dengan mereka yang kuat dan berani menjalani ketentuan Ilahi.

Padahal waktu yg berjalan tak akan berhenti sedetik pun.

Waktu pula yang akan menghapus jejak kesedihan dan kepiluan tiap manusia.

Mengapa kau berterima kasih padaku? 
Apa yg telah kukatakan? Apa yg kuungkapkan merupakan sebuah pernyataan yang membuatmu tertolong? 

Satu hal yang mungkin perlu kusampaikan.

Kamu tetaplah menjadi matahari ku. Matahari yang memandu arah pulang dan merupakan titik rotasi tata surya kita.

Jadilah kamu Matahari ðŸ™‚


I will...

Aku ingn berkata kpdamu "... Kita hanya molekul terkecil dalam tata surya ini. Tidak elok rasanya klau kita merasa lebih besar walau hnya sebesar Pluto. Tugas mercusuar sebagai pemandu navigator kapal agar tdk karam. Ada matahari sebagai surya untuk semesta dan ada binta sebagai penanda arah. Semua berputar sesuai pada poros dan tupoksinya masing". Tanpa keraguan, takut atau lainnya. Hanya menjalankan susuai tugas mereka masing". Untuk itu sebagai pecinta matahari. Tak elok jika kita mash meragu atau lainnya. Karena bahwasanya kita tidak Sendiri..

Terima kasih bintang.


Berlarilah..
Kejarlah mataharimu..
Sebagaimanaku yang sedang meraih bintangku..

Jika dirimu sempat merasa “kenapa hidupku begini begini saja?” Maka ubahlah. Begitu yg dirimu ajarkan. Kenapa harus menunggu momen jika momen itu bisa dibuat bukan?

Banyak hal mungkin yang membuat diriku lupa akan nasihat dan momen bersamamu. Namun dengan tidak menyerah kamu selalu tidak bosan mengingatkanku. Itu yg membuat kekagumanku padamu tak pernah berhenti.

Semoga saja ada bagianku yang bisa kamu banggakan ya Matahari..


-bulan tiga, dua ribu dua puluh-

No comments:

Post a Comment

Enjoy it !!